.

.

Kamis, 13 Juni 2013

Sungguh Aku Terpaksa, Fatma



Maaf, sore ini aku terlambat Fatma. Sengaja  pula ku tak membawa bunga seperti biasa. Sebab, hari ini aku punya sesuatu yang istimewa untukmu. Sebungkus kupang lontong sebagai kado ultahmu. Fatma, kupang lontong ini seakan mengajakku kembali mengurai memori. Tentang nostalgia saat kita masih bersama. Menjadi sepasang muda yang hidup dengan kondisi serba papa. Bertarung melawan pahit getir dunia. Mengais rejeki di sela  aroma aspal  kota Surabaya. Musisi jalanan, begitu biasa orang menyebutkan.

Tepat di tanggal ini, lima tahun yang lalu genap tujuh belas usiamu. Masih saja kuingat akan permintaan yang dulu lembut kau bisikkan.  "Kado aku dengan kupang lontongmu." Duh kah Fatma, kau pribadi yang begitu sederhana. Tak berlebih meminta di harimu yang sarat bahagia.  Padahal sebenarnya aku sudah menyusun sebuah rencana. Menyisihkan semua receh hasil keringatku untuk memanjakanmu. Membelikanmu sebuah kado istimewa, yang lebih dari sekedar sebungkus kupang lontong saja. Tapi, kau telah menghancurkan rencanaku Fatma! Sengaja hanya kupang lontong saja yang kamu pinta. Sepertinya kau pun telah menyusun rencana sebelumnya. Ya aku tahu, kau sebenarnya hanya ingin berbagi denganku. Sebab, kau begitu tahu jika aku dan kamu memiliki selera yang satu. Sama-sama menggemari kupang lontong di ujung Jalan Kapten Bhirawa itu.

Malam itu sepanjang pinggir jalan Bhirawa seakan menjadi catwalk romantika kita. Saling bergandeng tangan mesra. Merayakan ultahmu dengan cara kita. Sejenak melupakan pahit hidup yang dirasa lewat tawa canda. Lena dan tiada pernah merasa jika saat itu maut bersiap menjalankan tugasnya. Entah Fatma, aku tak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Orang bilang, kita hanyalah korban dari kesewenangan. Yang kuingat malam itu sesuatu yang begitu berat telah menghantam tubuhku. Lalu pergi begitu saja, meninggalkan kita yang sudah tak berdaya. Aku juga ingat sempat pula melihat ke arahmu. Ah, wajah yang nampak begitu tenang meski berbantal aspal jalanan. Begitu damai mendekap kado istimewanya diantara sakit yang dia rasa.  Setelah itu yang ada hanya mati rasa, lalu gelap gulita. Dan entah berapa lama, baru aku sadar jika malam itu menjadi saat terakhirku menatap wajah ayumu. Ya, harus rela menerima jika teman berbagi kupang lontong itu telah tiada.

Fatma, semoga di sana kau sabar menanti aku kembali. Biarlah aku tuntaskan terlebih dulu semua peranku di dunia ini.  Kuyakin, kelak pasti kita akan kembali bertemu. Bersama lagi dan menikmati kembali kupang lontong kesukaan kita. Untuk sementara, ijinkan aku mencintaimu dengan caraku. Meredam semua rindu lewat senandung lagu. Mengirimimu surat cinta melalui bait-bait nada. Menyanyikan kembali lagu kesayangan kita di sepanjang pinggir  jalan Bhirawa, saksi bisu cinta kita. Fatma, aku masih sama seperti dulu. Lelaki penjaja suara yang mencoba mengecup iba siapa saja melalui nada. Meski aku tahu, diantara suara-suara itu masih saja ada yang menatapku curiga. Tapi biarlah, kurasa hanya kau yang mengerti kenapa kulakukan semua ini. Ya Fatma, hanya kau yang tahu jika kulakukan semua dengan terpaksa. Sungguh aku terpaksa Fatma. Sebab, bagaimana  tidak terpaksa, jika untuk menatap kupang lontong ini saja, kedua mataku sudah tak lagi  kuasa?

39 comments :

  1. Sungguh terpaksa jika haarus meneteskan air mata, kisah cinta seorang pengamen ya mas..., ide dan imaginasinya bagus...
    semoga sukses

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe sedang belajar berimajinasi mas

      Hapus
    2. Kupang lontong di jalan kapten bhirawa, daerah mana ya?

      ## smoga fatma sabar menanti

      Hapus
  2. Ah, selalu saja tersentuh kalau membaca tulisan-tulisan pemilik blog ini...
    Smoga cinta itu akan abadi, biarpun untuk sementara dipisahkan oleh alam yang berbeda.

    Kupang lontong?
    Saya juga sukaaaa...
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenare nulis ini gara-gara saya lagi pingin makan kupang lontong mbak.. ya andai saja pas itu pingin bakso, mungkin makanannya diganti bakso hehe

      Hapus
  3. Eh iya, jalan Kapten Bhirawa itu dimana to?
    Jadi penasaran ;)

    Selamat ikutan lomba ya, sukses dengan idenya yang unik ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba buka peta Surabaya.. dan bayangin jalan itu ada hahaha

      makasih mbak Irma

      Hapus
  4. pasti bersenandungnya pk lagu dangdut deh xixixi
    sukses kontesnya ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. lah kalau pakai lagu rock malah jingkrak-jingkrak mbak

      Hapus
  5. Wah tibake sampean kie jago juga bikin FF to KangMas, sampai-sampai aku arep makan kupang lonthong kegemaran nggak jadi, soalnya begitu menatap butiran kupang yang menggoda, hati langsung terenyuh membayangkan kondisi hati kekasih Mbak Fatma yang telah mendahului. Sungguh terpaksa aku nggak jadi ikutan maem kupang lnthong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iso wae sampean Kang.. wis dimakan kupang lontongnya tuh

      Hapus
  6. Seperti penjabaran dari lirik lagu ya Kang ?
    Selamat atas kontes GA nya.

    Salam wisata

    BalasHapus
  7. hiks, sedih begini endingnya ...

    Mau juga dong di kasih kado sebungkus kupang lontong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loh sedih kok doyan lontong hehehe.. Sedih apa laper nih? :p

      Hapus
  8. Hihirrrrrrrr Fatma semoga senang ya bisa bermanja dengan abang.

    Sayang aku kurang suka lonthong.

    Garai nguyuan.

    BalasHapus
  9. wow.... so Rhoma....
    andai aku dapat surat seperti itu..... TOP.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Butuh gitar mbak jika pingin surat seperti itu

      Hapus
  10. KEnapa sad ending atuuuh mas, aku udah berbunga-bunga bin seneng *eh....keren banget FFnya.

    Enggak sangka, nada-nada dalam kalimat itu, akhirnya mengantarkan kejutan, bahwa si Fatma tiada....Hm...sukses yo kontesnya

    Salam
    Astin

    BalasHapus
  11. FF-nya bagus, Mas.
    Semoga saat saya ke Surabaya nanti, ingat buat mencicipi kupang tahu. :)
    Gudlak ya, Mas...

    BalasHapus
  12. aiih.. aku kok nggregel maca FF iki.. hiks...

    BalasHapus
  13. fatma memang harus bersabar menunggu kedatanganmu kembali.... sungguh ter la lu, pergi tanpa kabar

    BalasHapus
  14. Wah bisa juga bikin FF ya mas, romantis pula :) Kupang lontong itu apa ya?

    BalasHapus
  15. Kupang lontong di ujung jalan kapten Bhirawa, membuat cintaku tambah tersangkut kepadamu, Fatma hahaha..

    BalasHapus
  16. good luck buat kontesnya ya mas :)

    BalasHapus
  17. Semoga Fatma tenang disana :-)
    Duh, kisah cinta yg berakhir sedih ya.. :-(

    Sukses ya Kang dgn kontesnya :-)

    BalasHapus
  18. Fatma pasti bisa menjadi seorang isteri yang penuh pengertian dlan sholehah. Btw "kupang lontong" itu apa sama dengan "ketupat sayur" ya. Mksh, kafedut, hehe....

    BalasHapus
  19. Terinspirasi Asep Irama? BTW aku suka ceritanya... keren :)

    BalasHapus
  20. Semoga beruntung ya kontesnya... ceritanya asyik.

    BalasHapus
  21. Dalem banget sih ceritanya sampai meler nih ingus.. #loh

    Sukses ya ngontesnya ^^

    BalasHapus
  22. Aku belum pernah mencicipi kupang lontong. . .

    Emang lagu kenangnnya apa? :P Hayooo, ketauan. Selam untuk Fatma. . .
    Dan sukses ngontesnya. .. :)

    BalasHapus
  23. Mampir, mengunjungi Fatma :D

    BalasHapus
  24. ;( hiks....., kenapa mesti pergi unuk selamanya... Sungguh rindu yang tiada berujung.....

    *sedih banget ceritanya.....
    Semoga Sukses Senandung cintanya ya.... *ambil tisu*

    BalasHapus