Jangan Cemburu

Perhatian untuk para ibu. Sudahkah anda persiapkan mental, saat sang suami nampak asyik dengan situs jejaring sosial?

Mungkin itu sebuah pesan yang coba disampaikan oleh mbak Erry melalui blognya. Di posting yang berjudul "Cinta Tanpa Syarat", mbak Erry seakan mengingatkan kita semua, jika sebuah teknologi tak selamanya  memberi sebuah rasa nyaman. Bahkan, kadangkala teknologi bisa pula menjadi sebuah "momok" bagi ibu-ibu rumah tangga.

Kita tahu,  jejaring sosial dibuat  untuk mempermudah manusia dalam menjalankan interaksinya. Mempermudah kita dalam menemukan kembali teman-teman lama. Pun demikian bagi mereka yang ingin memperluas jaringan bagi usahanya. Tapi, bukan manusia namanya, jika  sesuatu yang berbau "mudah" kadang dimanfaatkan pula untuk mempermudah "sesuatu" yang dianggap sulit bagi mereka.

Prostitusi online, judi terselubung,  itulah salah satu contoh "hal sulit" yang bisa menjadi mudah karena sebuah teknologi bernama jejaring sosial. Bukan itu saja, jejaring sosial  saat ini sering menjadi faktor retak atau putusnya hubungan  rumah tangga. Sebab, tak bisa kita pungkiri jika jejaring sosial terutama Facebook merupakan sarana yang cukup ampuh bagi para penggiat selingkuh.

Tak harus berbohong ikut  arisan, jika ingin bertemu selingkuhan. Tak mesti pula beralasan dinas luar kota, jika ingin bertemu sang Sephia. Hanya lewat sentuhan jari-jari saja, sudah cukup menjadikan anda sebagai seorang penghianat cinta.

Dalam sebuah roman percintaan, cemburu merupakan unsur yang memang dibutuhkan. Ibarat sup ayam, cemburu itu kaldu. Cemburu bisa merubah sesuatu yang sedu menjadi syahdu. Tapi, bagaimana halnya jika yang kita rasakan itu cuma cemburu buta? Hanya sebatas syak wasangka karena tingkah aneh pasangan kita? Hmm. boro-boro suasana syahdu yang kita inginkan, justru malah malu yang nanti kita dapatkan.

Begitu halnya yang terjadi dengan mbak Erry. Sebuah kobaran cemburu buta tengah membakar dadanya. Rasa ketakutan mulai menggelora, karena si Abah, suaminya nampak begitu intim dengan Facebooknya. Apalagi saat di suatu hari mbak Erry mendapati si Abah berkelakuan tidak sebagaimana lazimnya.

Yah, wanita mana yang tak curiga, saat masih jam 3 malam sang suami keluar kamar secara diam-diam. Wanita mana hatinya tak runtuh, memergoki suami nampak mengendap-endap ketika menjelang subuh? Apalagi saat didapati si Abah tengah menghidupkan laptop, dan mulai mengaktifkan Facebooknya secara sembunyi-sembunyi. Mungkin saat itu hanya satu yang ada dalam pikiran mbak Erry.,  "Si Abah, tengah menjalankan aksinya, yakni berkencan dengan pacar dunia mayanya"

Tapi sayang, nampaknya di cerita ini kita tak bisa dapatkan sebuah ending bak cerita roman kebanyakan. Tak ada akhir yang penuh tangis dan pelukan, gara-gara si Abah merasa menyesal melakukan penghianatan. Tiada adegan tikam-menikam sampai mati, karena mbak Erry merasa dikhianati. Justru yang kita temukan selanjutnya adalah roman dagelan. Betapa tidak, ternyata si Abah yang didakwa menjadi aktor antagonis, justru menjadikan akhir cerita ini menjadi  humoris. Yah, si Abah ternyata tidak berselingkuh saudara-saudara ! Tapi malah tertangkap basah sedang memanen kebun jagungnya di dunia maya.

Buat mbak Erry, santai saja dong ah. Tak mungkin kiranya si Abah akan menghianatimu. Bukankah 16 tahun silam dia sudah ikrarkan satu nama di hati. Apakah mbak Erry sudah melupakan memori di tangga kampus dekat WC itu? Apa perlu reka ulang adegan itu? Atau si Abah perlu buktikan dengan membelah dada dan menunjukkan jika 97,5% hanya ada nama Erry disana?

Yah, hanya 97,5 saja, tak lebih. Sebab 2,5% cinta Abah sudah direnggut seseorang dari desa Farm Ville,  .... Nona CORNelia !

Salam Dangdut !

 Tulisan ini diikutsertakan pada Bibi Titi Teliti Korean's Giveaway

A. Rafiq - Jangan Cemburu