.

.

Senin, 21 Juli 2014

Jangan Mudah Diadu Domba


Assalamu'alaikum Dangduters ! Apa kabar? Lama juga sepertinya tiada hidangan yang tersaji di Kafedut ini. Bagaimana dengan puasa Anda? Bagaimana pula dengan kabar dunia maya? Masihkah riuh ramai dengan  pemilihan presiden Indonesia?

Ramadhan kali ini beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Nuansa religi sedikit terusik sebab pilpres 9 Juli. Para tim sukses yang sudah bergerilya jauh-jauh sebelumnya, terlihat makin mengerahkan segala daya untuk mengemis suara dari rakyat jelata.

Setali tiga uang pula dengan media. Terlihat makin mengeraskan corong suara kepentingannya. Memoles judul sedemikian rupa agar menarik minat para pembaca. Tak harus apa adanya, sebab menambah atau mengurangi isi itu tergantung seberapa banyak komisi yang mereka kantongi. Jika perlu mereka tulis berita-berita palsu. Tanpa pernah peduli kotak komentar mereka penuh dengan para pendukung capres yang tengah berseteru.

Akar rumput pun mulai turut terprovokasi. Saling sibuk memajang temuan-temuan mereka di dunia maya lewat jejaring sosialnya. Bangga jika berita tentang jagoannya sesuai dengan jalan pikir mereka. Sebaliknya, mereka pun tak segan membela, manakala mendapati jejaring sosial temannya memajang berita yang mendiskreditkan jagoannya. Bahkan tak jarang unfollow dan unfriend menjadi harga mati, sebab menganggap pandangan politik teman mereka telah melukai hati.

Bulan Ramadhan tak hanya kurma yang mudah ditemukan. Para komentator abal-abal pun semakin mudah ditemui. Bersliweran di hampir semua kotak komentar media yang ada. Membuat naik pitam para pembaca lewat komentarnya. Membuat panas kondisi atau dengan cara menghasut  emosi para pembaca agar ikut tersulut. Seakan menjadikan pembaca layaknya sekerumunan domba yang tengah diadu serigala.

Sebentar lagi Indonesia akan memasuki babak baru. KPU akan mengumumkan siapa kandidat yang berhak menjadi presiden Indonesia berikutnya. Semoga saja semua pihak bisa menerima keputusan dengan besar hati. Menang tanpa harus jumawa. Kalah meski pula lapang dada. Semoga kita semua saling menyadari jika pilpres hanyalah cara untuk menentukan siapa pemimpin Indonesia ke depan. Bukanlah ajang pertarungan yang memecah irama persatuan.

Semoga akar rumput  mau pula menerima siapapun nanti presidennya. Jangan sampai malah menjadi domba-domba tumbal para serigala politik kita. Jangan sampai kita mau diadu domba, sebab politik itu sulit diterka arah goyangannya. Sekarang bisa saja nampak perbedaan nada politik di antara mereka. Namun bisa jadi esok hari justru mereka bergoyang bersama dalam satu irama.

Yuk ah, kita kembalikan lagi harmoni irama berbangsa kita dalam satu nada. Melupakan semua perbedaan-perbedaan yang telah ada. Lupakan  ketukan gendang tim sukses dan elit politik yang tak beraturan. Lupakan raungan gitar media yang membuat bising telinga. Lupa pula dengan suara tamborin para komentator yang suka menghasut kita. Sikapilah perbedaan ini dengan bijak dan dewasa layaknya saya dan Rhoma Irama. Yah, 9 Juli kemarin  mungkin kami berbeda dalam hal pilihan angka, tapi tentunya tidak dengan hati kami berdua. Masih tetap satu hati sebangsa, sedangdut dan seirama.

Salam Dangdut !


6 comments :

  1. Bener... jangan mudah diadu domba. Kuncinya hanya berpikir positif, tidak mudah percaya omongan orang sebelum kita menyelidikinya lebih dulu
    Semoga Indonesia selalu damai. Aamiin

    BalasHapus
  2. betul sekali mba..
    jangan mudah sekali di adu domba sama orang lain

    BalasHapus
  3. nuansa religi, piala dunia, semuanya kalah sama urusan pilpres :(

    BalasHapus